THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 04 Juni 2017

Kisah Kecil tentang Pengalaman Anak Muda

Hari yang telah ku lupa tepat tanggal berapa memberikan sebuah kenangan yang sesungguhnya sulit untuk dilupa. Aku sangat bersyukur telah mengalami hari itu, hal baru yang bermanfaat untuk hidupku. Aku menghadiri sebuah acara sosial yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas yang bernama, ‘Narasastra’. Mendadak aku diajak, oleh para senior yaitu kak Citra, kak Ega dan kak Yudiish. Oke, beginilah kisahnya.

Siang hari yang panas aku bersama pacar pergi ke Depok. Kindly and sweetly, dia mengantarkan aku dan menungguku berangkat kala itu. Waktu menunjukan sekitar sebelum Dzuhur, kak Citra menaiki motornya menjemputku di jalan Margonda (padahal aku sudah menunggunya di stasiun UI:P) (tanda kurung ini buat bercanda aja ya Kak hehehe). Dengan mengandalkan pengetahuanku membaca peta online, kami berangkat menuju lokasi. Yaitu, Panti Sosial Sasana Tresna Werdha Ciracas, Jakarta Timur. Macet, cukup macet, panas, cukup panas pula. Sampailah kami di sebuah lokasi yang meragukan kak Citra yang pernah melakukan survey ke tempat itu, Sasana Tresna Werdha. Kami melihat peta online ku lagi. “Kayaknya salah deh.”. Research. Itulah yang selanjutnya kami lakukan. Ternyata, benar. Kami salah, bukan hanya kayaknya. Kemudian kak Citra memintaku untuk ngadu ke kak Yudish, bahwa kami nyasar. Akhirnya berputar balik, dan mengandalkan pengetahuan membaca peta onlineku sekali lagi.

Alhamdulillah, tempat yang familiar untuk kak Citra terpampang juga di depan kami. Kami pun parkir disambut keramahan satpam-satpam di sana. Tapi, suasa masih sepi. Di sana, ada kak Fina dan kak Olga. Kami bersalaman, dan aku berkenalan. Setelah itu, sekumpulan orang yang tak aku kenal juga datang. Lalu berkenalan lagi. Semakin lama, semakin banyak orang yang datang, semakin banyak pula aku berkenalan. Tak lama, kami melakukan makan yang disusul briefing. Kak Tebo dari Narasastra dengan ramah membagikan makanan, lalu memintaku membagikan air mineral. Ketika briefing, kami berkenalan lagi. Sayangnya kak Indras dan kak Yudish yang tadi kami adukan bahwa kami nyasar, belum sampai juga. Tak apa, meski belum melakukan kegiatan yang sesungguhnya, aku sudah merasa beruntung berada di sini. Sampailah kami pada waktu kami akan masuk ke dalam sebuah ‘Panti Jompo’.

Excited. Begitulah perasaanku tertulis dalam bahasa Inggris. Ketika masuk ke dalam wilayah itu, kamar-kamar opa dan oma tidak langsung terlihat. Tapi terdengar suara, “untuk kakek dan nenek, dimohon menuju ke aula. Karena akan ada acara.” Kurang lebih seperti itu. Aku sudah tak sabar melihatnya. Namun, juga tak butuh waktu lama untuk menunggu. Di sepanjang sebelah kananku, terdapat gedung yang terpisah-pisah, di dalamnya terdapat begitu banyak kamar. Para lansia duduk di teras kamar-kamarnya, menyambut kami dengan senyum dan ramahnya.

Sampailah kami di sebuah ruangan serba guna. Begitu banyak oma dan opa yang berdatangan, hampir semua tertatih-tatih jalannya. Aku canggung, baru pertama kali aku melihat banyak sekali lansia bersamaan seperti ini, tapi tak mungkin lepas tangan. Aku mencoba membantu, tapi sangat kaku. Bingung harus bicara apa, harus bersikap seperti apa. Ya seadanya saja, “halo Oma.” Sampai di dalam, oma dan opa yang telah renta menggeser-geser kursi. Mereka kuat sekali. Aku tak langsung membantu, bingung. Namun akhirnya hasrat membantu datang juga. Namun apa daya, malah dimarahi oma. Sebenarnya bukan aku sih yang dimarahi, namun melihat ada yang dimarahi aku jadi berhati-hati. Hehe lucu ya. Seorang opa berkursi roda tiba-tiba keluar dan tidak mau masuk lagi. Alasannya, baper problem’. Para volunteer mencoba membujuk sang opa, dibantu kak Citra. Akhirnya, opa itu mau masuk, namun di sisi bagian oma-oma. Oh ya, sebelum semua opa dan oma berkumpul, aku duduk di tengah-tengah mereka. Aku mencoba berkenalan dan menyapa. Seorang opa berada di bagian oma-oma, aku bertanya mengapa beliau tidak maju saja, agar duduk di depan. Namun seorang oma di sebelah kananku seketika memarahinya, “cowok bagian sana!”. Aku terkejut, lalu perlahan permisi dari sana.

Masalah duduk dan kursi selesai. Acara dimulai. Kak Akbar dan Kak Desi selaku MC, membawa acara dengan fun. Tak ku sangka, opa dan oma fun juga. Kak Indras dan kak Yudish akhirnya datang. Ternyata mereka juga nyasar ke tempat yang sama. Hahahaha. Acaranya menarik. Namun lucunya, beberapa opa dan oma selain terbawa fun, juga ada yang, “cepetan dong”, “lama nih”, “ngantuk”, komentarnya. Gemas. Beberapa volunteer membacakan puisi dan pantun di depan oma dan opa, lalu ada pembacaan surat dari orang-orang jauh untuk sepuluh oma dan opa yang telah terpilih, kemudian ada pula penampilan dari oma dan opa. Ada yang menyanyi, ada yang membacakan pantun. Lucu sekali. Di penghujung acara, akhirnya Sasina tampil, yaitu kelompok musikalisasi puisi Sastra Indonesia UI. Alhamdulillah, rangkaian acara selesai. Setelah acara, kami membagikan kenang-kenangan untuk sepuluh oma dan opa yang dikirimi surat. Mereka sangat senang, berucap terima kasih banyak. Ternyata masih ada yang peduli mereka, katanya. :”)

Seorang oma tidak bisa hadir, akhirnya kami mencari kamarnya dan memberikan kenang-kenangan di sana. Menjelang Maghrib waktu itu, aku ikut masuk ke dalam gedung berisi banyak kamar itu, betapa beruntungnya aku bisa melihat isi keadaan panti jompo seperti apa. Mereka hidup bersama, di tempat yang sederhana. Begitu banyak karakter yang berbeda dari oma dan opa, alias tak banyak pula yang suka menyendiri dan tidak murah senyum. Namun jauh lebih banyak yang terlihat senyum dan suka menyapa. Aku menduga, pasti telah terjadi banyak drama di sini. Tanpa alasan, ingatan kecil ini mengingatkanku pada sebuah acara TV favoritku saat ini, "Asia's Next Top Model". Semoga mereka bahagia di sana.

Waktu kami pulang, kami berjalan di depan kamar-kamar mereka. Sama ketika kami datang dan disambut. Ketika pulang, mereka tetap ramah, tersenyum, dan berpesan, “kapan-kapan ke sini lagi yaaa :)”. Banyak hal lucu yang telah terjadi hari itu, bahkan ketika pulang pun kami masih saja bertemu dengan seorang opa yang tiba-tiba menyuruh kami mengambilkan obat. Ah, betapa menyenangkan bisa mengalami hari di tempat ini. Sungguh, aku merasa beruntung! Terima kasih, Ya Allah. Terima kasih, Narasastra.









0 komentar: